Laman

Kamis, 23 Mei 2013

Ada yang Tau Sejarah Burjo di Pogung?

Hampir 4 tahun sudah tinggal di jogja dan selama ini deket banget dengan yang namanya burjo. Nggak harus, memang, bagi seorang mahasiswa untuk tau seluk-beluk burjo. Tapi, setelah ngobrol cukup lama dengan salah seorang pemilik burjo, akhirnya lama-lama tertarik juga untuk sekedar "iseng" nyari tau tentang sejarah burjo.

Warung yang bernama "burjo" tentu udah ngga asing di telinga mahasiswa. Burjo, yang merupakan singkatan dari Bubur Kacang Ijo itu berjumlah sekitar 1800 (yang terdata) warung di Yogyakarta. Waow! Jumlah tersebut menyatakan bahwa Yogyakarta menempati posisi ke-dua dalam kategori kota dengan burjo terbanyak. Peringkat satu ditempati Ibukota, DKI Jakarta. Jumlah warung burjo yang terdapat di ibukota mencapai sekitar 2200 warung. urutan ke tiga ditempati oleh semarang.

Unik, warung burjo yang tersebar di mana-mana ini sebagian besar dikelola oleh orang Sunda, uniknya lagi bahkan 3 daerah dengan burjo terbanyak pun bukan bertempat di Jawa Barat. Dengan Sunda-ers sebagai pengelola, ngga heran kalo manggil abang Burjo dengan A'a/teteh, bukan Mas, atau Bang. Percakapan antar tukang burjo pun biasanya dilakukan pake bahasa sunda juga.

Beralih kembali ke warung Burjo, Burjo pertama di pogung itu berdiri sekitar tahun 1989, yang didirikan oleh bapaknya mas Asep, Pak Pai. Burjo ini jualan tepat di atas selokan mataram, antara Teknik Sipil dan Pogung Kidul. Dulu warung burjo ini sama seperti warung lainnya saat itu, menggunakan bambu sebagai sejenis jembatan di atas selokan mataram. Menu yang disajikan di burjo pun sangat sederhana, hanya ada 4 jenis : Indomie, Bubur Kacang Hijau, Telur Setengah Matang dan terakhir Minuman. Karena adanya penggusuran pedagang yang ada di selokan mataram oleh pihak UGM, maka warung burjo ini pun pindah ke pogung dalangan pada tahun 2005. Tahun ini, burjo ini pindah ke dua lokasi, membuka cabang yang lain. Lokasi pertama di pogung Raya, dekat Golden Futsal. Lokasi kedua di Seturan.

Burjo kedua yang berdiri di pogung ialah Burjo yang didirikan Mas Sapri, pemilik pabrik kerupuk ini dulunya mendirikan Burjo di daerah pogung dalangan pada tahun 1995. Saat pertama kali burjo ini berdiri, ada berbagai macam protes yang dikeluarkan oleh pendiri burjo paling pertama, Pak Pai. Alasannya cukup jelas, karena Pak Pai, pemilik Burjo satu-satunya selama 6 tahun tidak ingin ada persaingan. Namun Mas Sapri ini memang dikenal sebagai orang yang santai, sehingga makian seperti itu dianggapnya biasa. Sekarang, pemilik burjo ke dua ini pindah lokasi, meskipun masih berada di pogung dalangan. Sekarang beliau bertempat di dekat Masjid Pogung Raya, di depan SD lebih tepatnya. Pindah sejak tahun 2004, hal ini disebabkan karena  rumah dan burjo nya juga ikut pindah. Menu yang ditawarkan pada tahun 1995 itu pun masih sama dengan yang disediakan oleh Pak Pai.

Setelah dua burjo ini berdiri, makin banyak pengusung-pengusung lain yang mendirikan warung bernama Burjo ini, sehingga belum bisa dipastikan urutan berdirinya burjo yang ada di pogung. "Kalo burjo ke tiga dan seterusnya saya ngga tau, yang pasti burjo pertama itu Pak Pai, terus yang kedua itu Mas Sapri, yang heboh diprotes sama Pak Pai itu." Ujar Mbak yani, salah satu pemilik burjo yang sekarang menempati lokasi burjo Mas Sapri yang pertama di pogung Dalangan. Saya juga sempat menanyakan ke beliau bagaimana sejarah burjo yang didirikannya itu. "Saya dulu pertama kali jualan itu tahun 2001, mas. Di Pogung Baru blok A. Yang sekarang itu jadi kos-kosan gede itu lho mas." Lalu beliau menambahkan, "Saya mulai jualan di tempatnya Mas Sapri ini mulai tahun 2004, mas. karena tahun 2004 itu kos-kosan yang gede itu mulai dibangun." Ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya menu burjo mulai mengalami perubahan dan ada penambahan menu. Pertama kali Nasi Telur, paket yang sangat sederhana, namun sangat pas di kantong dan perut mahasiswa. Paket ini hanya terdiri dari nasi+telur goreng+sayur+sambal. Lalu berbagai burjo mulai memvariasikan menunya lebih banyak lagi, seperti nasi sarden, nasi ayam, nasi bandeng, nasi goreng, dsb. Hingga akhirnya sekitar tahun 2010 menu burjo akhirnya menghilang dari daftar menu sebagian warung Burjo. Mengingat waktu itu harga Kacang Hijau yang melonjak, 1 kilo kacang hijau bisa mencapai sekitar 3 kilo beras. Akhirnya banyak pula warung burjo yang mencabut burjo dari menunya, kebanyakan mengatakan "Harga jual yang bakal kita pasang pun pastinya tinggi mas, kasihan pembelinya beli burjo terlalu mahal." Harga di warung burjo juga berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Tahun 2009 nasi telur seharga Rp3.500,- bahkan ada burjo yang menjualnya dengan harga Rp3000 dan es teh Rp500,-!! sedangkan harga Nasi Telur  sekarang ialah Rp5.000,- dan es teh pun mencapai Rp1.500,-.

Sampai sekarang, hanya beberapa burjo di pogung yang masih menyediakan menu burjo. Dari perjalanannya, mendirikan warung burjo ini bisa dikatakan ngga mudah. Alasan yang utama ialah jam terbang burjo yang biasanya mencapai 24 jam non stop. beda dengan warung lain yang mungkin hanya buka setengah hari, malam hari atau lain sebagainya. Alasan lainnya, jelas karena warung burjo yang sudah terlalu menjamur saat ini. Bahkan, hampir semua jalan di pogung ada burjonya.

Burjo dulu dan sekarang memang sudah berubah banyak. Saya berharap bisa melihat keadaan burjo beberapa tahun lagi nanti. Selamat menikmati warung Burjo!! :)



sumber : warung Burjo Mbak Yani, Indomie.

3 komentar:

  1. waaaah, keren2 mas. barutahu saya. makasih mas infonya :D

    BalasHapus
  2. Saya rasa... artikel ini ada yg salah...
    Tidak ada prokontra antara pak pai sama pak sapri tak ada yg protess...

    BalasHapus
  3. Mohon maaf...Saya keponakan'y pak sapri...narasumber'y yg lebih jelas tanya pak sapri masih di pogung dalangan..

    BalasHapus